Bukan Mengajar Literasi, Melainkan Mengajak Literasi
Literasi
seharusnya bukan lagi harapan dan keinginan. Literasi sudah harus menjadi
kebutuhan di masyarakat, terutama di sekolah. Sebagai tempat utama dalam
menimba ilmu, literasi seharusnya bukan lagi diajarkan. Literasi sudah
seharusnya diterapkan sebagai bagian penting dalam pembangunan karakter dan
pengembangan wawasan anak. Literasi seharusnya tidak lagi menjadi selingan kala
pagi hari sebelum belajar. Literasi sudah seharusnya menjadi bagian dari
pelajaran.
Mata
pelajaran bahasa Indonesia wajib menjadi pionir bagi mata pelajaran lainnya
dalam penyelenggaraan literasi. Untuk itu, bahasa Indonesia sudah tidak lagi
mengajarkan literasi, tetapi menerapkan literasi dalam tiap materi yang
diajarkan. Literasi dimasukkan melalui pembelajaran kontekstual. Satu di antara
kegiatan pembelajaran kontekstual yang sudah dilakukan pada materi puisi di
sekolah adalah kegiatan membaca indah puisi dengan ekspresi dan kinesik yang
indah.
Kegiatan
membaca puisi dilakukan di perempatan Jalan Arif Rahman Hakim, bertepatan
dengan lampu merah. Membaca puisi ini bukan hanya sekadar membaca puisi, tetapi
sekaligus berbagi untuk saudara di Palestina. Kegiatan itu tentunya sekaligus
mengenalkan ke anak-anak bahwa melalui literasi kita bisa berbagi dan berbuat
kebaikan. Selain itu, kegiatan membaca puisi juga dapat menggugah semangat
literasi dalam bentuk karya ke masyarakat pengguna jalan di Jalan Margonda.
Sebelum
dibaca di khalayak umum, anak-anak menulis puisi terlebih dahulu. Puisi yang
wajib dituliskan sebanyak enam puisi dengan tema yang berbeda-beda. Satu di
antaranya bertema tentang Palestina. Puisi itu yang dibaca di pinggir jalan
dekat lampu merah. Sementara, sisanya dibukukan menjadi antologi puisi dengan
judul Semesta Kata. Kegiatan ini
merupakan bentuk literasi tertinggi dari anak-anak. Kegiatan ini tentunya dapat
menggugah masyarakat untuk turut serta membudayakan literasi.
haloooo……
BalasHapuskeren miss