Mariposa: Terkejar Tapi Tak Tergapai
Judul :
Mariposa
Penulis :
Luluk HF
Penerbit :
Coconut Books
Tahun Terbit : 2018
Harga Buku :
Rp78.000
Mariposa. Kali pertama
mendengar judul buku ini saat siswa saya menulis resensi bukunya untuk majalah sekolah.
Kemudian, lambat laun saya menjadi sering mendengar judul buku ini disebut.
Saya cari resensi lengkapnya di google. Oh, ternyata, novel ini adalah
novel yang ditulis di Wattpat. Wah, saya jadi teringat gimana dulu saya jadi
pembaca setia cerita-cerita di Wattpad. Karena banyaknya cerita yang menurut
saya selalu secara gamblang bercerita tentang kisah 17+. Jadilah, saya berhenti
membaca Wattpad dan saya uninstall aplikasinya dr HP. Eh, kok jadi
cerita ke situ. Intinya, saya ingin sekali lagi memberikan kesempatan untuk
novel terbitan Wattpad ini untuk saya beli, baca, dan koleksi. Penyebabnya simple,
novel ini sudah ramai dibicarakan orang bahkan sudah difilmkan. Sebagai pecinta
buku, saya ingin membaca isinya.
Alhasil, saya membeli buku ini. Umumnya,
saya akan jatuh cinta dengan isi buku setelah saya membaca 10 halaman pertama.
Saya tidak ingin mengatakan buku ini jelek. Bukan. Buku ini hanya sudah tidak
cocok lagi bagi saya yang sudah usia segini. Kisah cinta remaja SMA dengan
segala pernak-perniknya. Tokoh utamanya bernama Iqbal dan Acha. Acha jatuh
cinta pada pandangan pertama dengan Iqbal. Saking cintanya, Acha berusaha
mendapatkan Iqbal dengan segala cara bahkan ia duluan yang menyatakan cinta.
Konflik dibuat dengan hati Iqbal yang susah diluluhkan. Sisanya, selamat
membaca sendiri ya teman-teman. Biar kalian penasaran.
Mari kita nilai secara objektif ya. Buku
ini bagus secara ide cerita. Pembaca dibuat penasaran dari awal ‘apakah Iqbal
akan luluh hatinya dengan cinta yang dilontarkan oleh Acha?’ Termasuk saya.
Namun, saya tidak tahan bahkan sudah masuk ke taraf geli dengan tingkah Acha.
Tiap kali Acha dan Iqbal mengobrol. Saya tidak tahan membacanya. Berikut ini
cuplikannya.
“Iqbal
suka sama Acha?” tanya Acha untuk kesekian kalinya.
“Nggak,”
jawab Iqbal singkat.
“Terus
kapan sukanya sama Acha?”
“Nggak
tau”
Di setiap bab, obrolan itu ada. Bayangkan,
konflik cerita hanya ‘satu’, tetapi ditulis hingga 478 halaman. Menurut saya,
bagian ini sebaiknya tidak perlu diulang-ulang oleh penulisnya. Konflik
tandingan harus dimunculkan sebagai subkonflik, misalnya hubungan Acha dengan
mama-tirinya. Kisah masa lalu Acha dengan keluarganya. Belum terjawabnya
tentang pertemuan Iqbal dengan anak teman ayahnya. Padahal, itu bisa menjadi
subkonflik yang menarik. Jujur, saya bosan dengan manja-manjanya Acha ke Iqbal
karena terlalu seringnya bertanya kapan Iqbal suka.
Karena full dengan cinta, novel ini
bisa dibaca oleh remaja. Saya khususkan hanya remaja. Karena level cinta yang
dibutuhkan sejajar dengan level cinta yang disajikan. Untuk pembaca dewasa,
sebaiknya jangan membaca buku ini karena saya pastikan akan berhenti di tengah
jalan. Pembaca dewasa bira beralih menonton filmnya. Kalimat mutiara berikut
saya temukan selama membaca cepat novel ini.
Menyukai seseorang yang sama sekali tak
mengharapkan kehadiran kita memang sangat menyakitkan (H.F. Luluk, 2018:127).
Penyesalan adalah awal dari
terbentuknya puing-puing kesadaran yang terlambat (H.F. Luluk, 2018:145)
Komentar
Posting Komentar