Teh Tubruk dan Teh Celup Sebagai Simbol Semangat Pemuda Indonesia



Teh celup
Sumber foto: pixabay.com

Tanah surga
Oleh Salman

Bukan lautan hanya kolam susu, katanya
Tapi kata kakekku, “Hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu”
Kail dan jala cukup menghidupimu, katanya
Tapi kata kakekku, “Ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara”
Tiada badai tiada topan kau temui, katanya
Tapi mengapa ayahku tertiup angin ke malaysia
Ikan dan udang menghampiri dirimu, katanya
Tapi kata kakek, “Awas ada udang di balik batu!”
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, katanya
Tapi kata dokter intel, “Belum semua rakyatnya sejahtera, banyak pejabat yang menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri”.


Puisi “Tanah Surga” tersebut merupakan puisi penggugah semangat cinta tanah air yang dibacakan tokoh Salman dalam film “Tanah Surga, Katanya…” karya sutradara Deddy Mizwar. Puisi tersebut jelas memberikan tamparan keras bagi pemuda Indonesia. Dari baris pertama hingga baris terakhir, secara keseluruhan menggambarkan kondisi negara Indonesia di tahun-tahun sekarang hingga tahun-tahun mendatang.
Menilik kembali beberapa baris puisi yang menggelitik penikmat film, yaitu baris ketiga /Kail dan jala cukup menghidupimu, katanya/ , baris keempat /Tapi kata kakekku, “Ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara”/, baris kesepuluh /Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, katanya/, dan baris kesebelas /Tapi kata dokter Intel,”Belum semua rakyatnya sejahtera, banyak pejabat yang menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri”/. Empat baris ini mengingatkan pemuda Indonesia terhadap pentingnya kepedulian dan kepekaan agar bisa berkarya untuk bangsa Indonesia.
Kini, timbul pertanyaan yang menggelitik pula. Siapa dalang dari semua kondisi ini? Jawabannya, ada di hati nurani tiap-tiap pemuda Indonesia yang merasa dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Pemuda-pemuda Indonesia pada zaman modern memiliki semangat juang yang minim bila dibandingkan dengan pemuda-pemuda pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Kala itu, para pemuda yang dimotori Soekarno hidup dengan semangat juang kemerdekaan yang tinggi. Dalam hal ini, semangat juang kemerdekaan mereka merupakan wujud cinta tanah air yang luar biasa. Tampak berbeda dengan pemuda di zaman modern yang glamor dengan kemajuan teknologi. Mengutip kosakata Syahrini, pemuda zaman modern tidak memiliki semangat yang cetar membahana badai.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), semangat adalah (1) roh kehidupan yang menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati (menurut kepercayaan orang dulu dapat memberi kekuatan), (2) kekuatan (kegembiraan. gairah) batin, dan (3) nafsu (kemauan, gairah) untuk bekerja, berjuang, dan sebagainya. Pengertian nomor tiga lebih tepat digunakan untuk kondisi ini. Dalam artian lain, semangat adalah kondisi yang menimbulkan manfaat positif untuk sekelilingnya.
Nafsu (kemauan, gairah) untuk bekerja, berjuang, dan sebagainya dapat dilaksanakan dengan dua cara oleh para pemuda Indonesia, yaitu peduli dan berkarya. Hal ini penting untuk mengembalikan kondisi negara Indonesia seperti dalam lagu “Kolam Susu” karya Koes Plus. Semangat melalui cara peduli diimplementasikan dengan melakukan pengabdian pada masyarakat pada beberapa bidang misalnya pendidikan dan kesehatan sedangkan semangat melalui cara berkarya dilakukan dengan membuat karya yang manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Dalam hal ini, pemuda Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk peduli dan berkarya melalui program bergengsi tingkat nasional yang diadakan Dirjen Dikti dari tahun ke tahun untuk mahasiswa program diploma dan sarjana.  Program bergengsi tersebut adalah PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Cara peduli dapat diwujudkan mahasiswa melalui PKM-M (Pengabdian Masyarakat), PKM-P (Penelitian), PKM-K (Kewirausahaan), dan PKM-GT (Gagasan Tertulis). Cara berkarya dapat diwujudkan mahasiswa melalui PKM-T (Teknologi), PKM-AI (Artikel Ilmiah), dan PKM-KC (Karsa Cipta). Pemuda yang lain dapat mewujudkan dua cara tersebut melalui kegiatan lainnya misalnya pengadaan koperasi desa melalui organisasi karang taruna.
Ada dua simbol untuk menggambarkan semangat peduli dan semangat berkarya dari para pemuda. Semangat peduli para pemuda Indonesia disimbolkan dengan ‘teh tubruk”. Dalam tradisi jawa, teh tubruk adalah teh yang dibuat dari serbuk-serbuk kasar daun teh yang langsung dituang ke dalam air panas tanpa menggunakan saringan sehingga ampas teh ikut larut dalam air teh. Beberapa orang memilih menyaring ampas teh tersebut sebelum meminumnya.
Simbol teh tubruk ini sesuai dengan semangat peduli karena pemuda Indonesia yang peduli dengan lingkungan, masyarakat, dan tanah air Indonesia akan selalu berbaur dengan tanah airnya tanpa membedakan apapun. Tak perlu menjadi berbeda dan memasang penyekat untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari keterpurukan karena peduli esensinya ikut merasakan kemudian bertindak sebagai aksi dari adanya reaksi. Penyekat yang dibuat akan membuat kesenjangan, kepedulian yang diberikan terkesan pamer dan riya’. Barulah, ketika di akhir. Saat semua rakyat Indonesia telah merasakan kebahagiaan. Perlu dilakukan penyempurnaan terhadap kebahagaiaan tersebut melalui proses penyaringan sehingga muncul rasa kesatuan dan persatuan di antara elemen masyarakat. secara tidak langsung turut serta mengamalkan pancasila sila ke-3.
Kedua, yaitu simbol teh celup untuk semangat berkarya. Teh celup terkesan mewah di mata sebagian masyarakat. Hal tersebut benar adanya. Dalam hal ini, pemuda ketika berkarya tak perlu ikut merasakan kondisi rakyat Indonesia. Pemuda Indonesia dapat memahami kondisi tersebut hanya melalui pengamatan baik pengamatan langsung ataupun pengamatan tidak langsung lewat media cetak dan media elektronik. Unsur terpenting yang membuat teh celup terlihat mewah adalah keberadaan saringan yang memisahkan serbuk-serbuk teh dengan air panas penyeduh teh tersebut.
Meskipun ada jarak. Teh celup menandai keberadaan inovasi baru di kalangan masyarakat. Kepraktisan hidup dalam mengikuti perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Wujud inovasi tersebut berasal dari segi perbedaan antara teh jaman dahulu yang tanpa saringan dan teh  jaman sekarang yang menggunakan saringan. Tinggal dicelup, buang, tanpa harus repot-repot menyaring ampasnya.
Cara berpikir inovatif inilah yang perlu ditiru dari filosofi teh celup oleh para pemuda untuk terus berkarya. Karya-karya besar para pemuda Indonesia tentunya akan sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia baik di dalam negeri maupun di mata dunia. Karya pun tak harus berasal dari ilmu science tapi juga dapat berasal dari ilmu bahasa. Tengok kembali karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia, novel Buru ini melesat hingga luar negeri. Karya lain bisa ditunjukkan melalui kecerdasan musikal yang dimiliki pemuda. Tengok juga Agnes Monica yang berhasil go internasional, tentunya mempertaruhkan nama baik Indonesia di kancah internasional. Baru-baru ini, muncul alat pendeteksi tsunami oleh guru besar Universitas Negeri Surabaya. Sebuah karya besar yang bermanfaat untuk bangsa Indonesia secara geografis berpotensi besar terkena tsunami.
Kini, pemuda Indonesia tinggal menanyakan dalam hati nurani masing-masing. Tak sekadar bertanya, tapi sudah mengarah pada pemaksaan nurani. “Aku pilih mana? Jadi teh tubruk atau teh celup?”. Pilihan itu indah karena live is choice.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Raport Tenaga Kependidikan sebagai Media untuk Melakukan Inovasi Pendidikan di Indonesia

Bikin Pantun Asyik Pakai Canva

SALINDIA ANEKA TOPIK